Ekonom Paramadina: PHK Bisa Terus Berlanjut
Pandangan berbeda disampaikan Wijayanto Samirin, Ekonom Universitas Paramadina. Ia memperingatkan bahwa tren PHK kemungkinan besar akan terus berlanjut seiring belum pulihnya daya beli masyarakat dan perlambatan ekonomi nasional.
“Kondisi bisnis tidak kondusif. Banyak pengusaha menahan ekspansi dan justru mulai melakukan efisiensi, termasuk pengurangan tenaga kerja,” ungkapnya.
Ia juga menyoroti kebijakan seperti kenaikan UMP yang dianggap tidak realistis, maraknya premanisme ormas, serta ketidakpastian regulasi, seperti penghapusan outsourcing dan TKDN, sebagai faktor yang membebani pelaku usaha.
Bhima Yudhistira: Data PHK Sebenarnya Jauh Lebih Tinggi
Lebih tajam lagi, Direktur Celios Bhima Yudhistira menyatakan bahwa angka resmi PHK dari pemerintah sangat underestimate. Menurutnya, banyak PHK yang tidak tercatat, terutama di sektor informal, outsourcing, dan kontrak kerja yang tidak diperpanjang.
“Angka riil bisa 3 sampai 4 kali lipat lebih tinggi,” katanya. Ia menilai bahwa masifnya PHK merupakan sinyal bahwa perekonomian Indonesia sedang memburuk, bahkan berpotensi masuk ke resesi teknikal pada kuartal kedua 2025.
Bhima juga menunjukkan bahwa impor bahan baku industri hanya tumbuh 2 persen pada kuartal pertama, bahkan mengalami penurunan pada Maret. Hal ini mengindikasikan bahwa banyak perusahaan sedang menahan produksi dan bersiap efisiensi besar-besaran.