Pekerja di China pada saat ini mulai banyak yang memilih resign dari perusahaan mereka dan beralih menjadi pekerja kasar atau buruh lepas
Salah satu contoh dari pekerja tersebut adalah Leon Li (27 tahun). Dia memutuskan untuk menjadi pekerja lepas setelah meninggalkan perusahaan teknologi terbesar di China. Sebelumnya, Li bekerja sebagai petugas administrasi yang bertugas mengatur rapat, menyiapkan dokumen, dan memenuhi kebutuhan atasan.
Namun, pada bulan Februari 2024, Li memutuskan untuk keluar dari perusahaan tersebut. Dia meninggalkan karier yang stabil dan gaji yang memadai demi sesuatu yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya, yaitu menjadi tukang bersih-bersih rumah.
Tren peralihan pekerja profesional ini muncul di tengah-tengah meningkatnya permintaan pekerja kasar dengan bayaran per jam. Mengapa para pekerja di China memilih untuk meninggalkan perusahaan dan beralih menjadi pekerja kasar?
Tekanan kerja yang berat menjadi alasan utama. Li mengaku bahwa dia selalu melihat masa depan yang suram ketika masih bekerja sebagai karyawan di perusahaan terbesar di China. "Setiap pagi ketika alarm berbunyi, yang dapat saya lihat hanyalah masa depan yang suram," kata Li.
Dia memilih untuk meninggalkan pekerjaan sebagai petugas administrasi karena tekanan berat yang dirasakannya. Di sisi lain, perusahaan-perusahaan di China mulai kehilangan daya tariknya karena ekonomi negara tersebut menghadapi berbagai tantangan, seperti krisis properti, penurunan investasi asing, dan penurunan konsumsi.
Berdasarkan data terbaru dari Biro Statistik Nasional (NBS) yang dirilis pada Juni 2024, ekonomi China tumbuh 4,7 persen pada kuartal kedua 2024. Angka tersebut jauh dari ekspektasi para ekonom dan menandai pertumbuhan terlemah sejak kuartal pertama tahun lalu.