Kunjungan Presiden Perancis Emmanuel Macron ke Indonesia pada 28–29 Mei 2025, bukan sekadar agenda bilateral yang bernuansa politik dan ekonomi, tetapi membawa pesan penting: diplomasi modern tidak hanya dibangun dengan kekuatan militer atau ekonomi, melainkan juga dengan sentuhan budaya yang bersumber dari nilai, warisan, dan ekspresi budaya guna membangun saling pengertian. Oleh karena itu, perjanjian kebudayaan yang ditandatangani dalam kunjungan ini menandai momentum penting dalam penguatan diplomasi budaya antara kedua negara dan dapat menjadi fondasi jangka panjang yang memperkaya hubungan bilateral Indonesia–Perancis dengan semangat kolaboratif dan penghormatan lintas budaya.
Diplomasi budaya adalah bagian dari strategi soft power yang digunakan negara untuk membangun citra, pengaruh, dan pemahaman lintas batas melalui seni, bahasa, pendidikan, dan tradisi. Dalam konteks Indonesia–Perancis, kerja sama ini membuka peluang luas. Akhirnya, kunjungan Presiden Macron bukan hanya tentang alutsista atau kerja sama ekonomi, tetapi juga tentang penghormatan lintas budaya. Ketika seorang pemimpin dunia berbicara dalam bahasa kita, ia sedang membuka ruang resiprositas dan saling pengertian. Dan ketika kita menanggapinya dengan strategi budaya yang terstruktur dan visioner, kita tidak hanya menjaga harga diri bangsa, tetapi juga mengukir jejak Indonesia dalam kesadaran budaya global.