Hampir 2 juta umat Islam akan menyelesaikan ibadah haji minggu ini, namun cuaca panas ekstrem telah berakibat fatal bagi ratusan orang yang memulai perjalanan Jumat lalu, menuju Ka'bah di Mekkah, Arab Saudi. Mesir telah melaporkan 307 kematian dan 118 hilang, dengan suhu mencapai lebih dari 124 derajat Fahrenheit atau 51 celsius. Kerentanan jemaah haji berasal dari pengerahan tenaga, paparan sinar matahari, dan usia yang lebih tua, serta kurangnya aklimatisasi terhadap panas. Menurut pejabat Saudi tahun lalu, lebih dari 2.000 orang menderita tekanan panas selama haji tersebut. Jemaah Haji banyak menggunakan payung untuk melindungi dari cuaca panas ekstrem telah berakibat fatal untuk para jemaah haji tahun 2024 di Makkah, Arab Saudi.
Dalam perjalanan ibadah haji, jemaah haji berisiko mengalami berbagai kondisi medis akibat cuaca panas ekstrem. Selain itu, pengerahan tenaga saat melakukan ritual ibadah juga turut memperburuk kondisi kesehatan jemaah haji. Menurut otoritas kesehatan, langkah pencegahan telah diambil untuk mengurangi dampak buruk cuaca panas terhadap keamanan dan kesehatan jemaah haji. Mesir, salah satu negara yang mendaftarkan jemaah hajinya, mencatatkan angka kematian dan hilang yang cukup signifikan akibat cuaca panas ekstrem. Tidak hanya cuaca panas, tetapi cekaman sinar matahari yang ekstrem juga berkontribusi terhadap kondisi kesehatan jemaah haji, terutama mereka yang usianya lebih tua. Hal ini menunjukkan perlunya perhatian ekstra terhadap kesehatan jemaah haji selama menjalani ibadah haji.