Tampang.com | Kereta Cepat Jakarta–Bandung (KCJB) yang sempat dibanggakan sebagai tonggak revolusi transportasi Indonesia, kini justru menuai sorotan tajam. Meski sudah beroperasi secara komersial, laporan keuangan proyek menunjukkan indikasi kerugian yang tidak kecil. Di saat bersamaan, publik mempertanyakan transparansi dana dan urgensi dari proyek yang menelan triliunan rupiah ini.
Resmi Beroperasi, Tapi Masih Merugi
Dalam laporan internal yang beredar, KCJB disebut belum mencapai tingkat okupansi penumpang yang ideal untuk menutup biaya operasional harian, apalagi untuk mengembalikan pinjaman jumbo dari China Development Bank (CDB). Hal ini menimbulkan pertanyaan: siapa yang akhirnya menanggung beban kerugiannya?
“Kalau tak efisien, rakyat bisa saja yang kena imbasnya lewat utang negara,” ujar Dr. Damar Wicaksono, pengamat transportasi dari Universitas Indonesia.