Salah satu alasan penolakan kredit adalah karena hasil penilaian Sritex mendapat predikat BB-, yang berarti berisiko tinggi gagal bayar. Padahal, kredit tanpa jaminan seharusnya hanya diberikan kepada debitur dengan peringkat minimal A. Selain melanggar prosedur operasional bank dan undang-undang perbankan, praktik ini juga melanggar prinsip kehati-hatian.
Sementara itu, Iwan selaku Direktur Utama Sritex diduga menyalahgunakan dana kredit dari kedua bank tersebut. Dana yang seharusnya digunakan untuk modal kerja justru dipakai untuk membayar utang dan membeli aset nonproduktif, sehingga tidak sesuai dengan peruntukannya.
Kredit yang diberikan pun mengalami gagal bayar, sementara aset Sritex tidak bisa dieksekusi untuk menutup kerugian negara karena nilainya lebih kecil daripada pinjaman. Selain itu, aset tersebut juga tidak dijadikan jaminan saat proses pemberian kredit.