Festival ini bukan hanya pertunjukan di panggung utama. Sebelumnya, pada 5 Agustus 2025, telah digelar lokakarya “Bedhayan Hagoromo” yang dipandu oleh Maria Darmaningsih dengan pembicara maestro tari Didik Nini Thowok. Lokakarya tersebut melibatkan perwakilan dari berbagai grup tari, menjadi ajang pembelajaran sekaligus ruang bertukar gagasan antarpenari lintas generasi.
Pembukaan festival berlangsung megah namun intim. Tari Enggang, yang terinspirasi budaya Suku Dayak Kenyah, dibawakan oleh Armonia Choir Indonesia di bawah pimpinan Giok Hartono. Setelah itu, 15 komunitas dan sanggar seni tampil dalam dua kategori: pelestarian Bedhayan tradisional dan pengembangan karya baru yang memadukan unsur kontemporer tanpa kehilangan ruh aslinya. Setiap gerakan mengalir seperti mantra visual, menyampaikan pesan tentang keselarasan dan pengabdian.
Keindahan dan kemurnian gerak para penari diamati langsung oleh jajaran maestro dan pakar tari tradisional, di antaranya Theodora Retno Maruti, GKR Wandansari Koes Moertiyah, KP Sulistyo S. Tirtokusumo, Wahyu Santoso Prabowo, serta Didik Nini Thowok. Kehadiran mereka bukan sekadar sebagai penilai, tetapi juga penjaga warisan agar kualitas seni tetap terjaga.