Bagi Ernest Prakasa, membaca bukan sekadar hobi, tapi bentuk perlawanan. Dalam konferensi pers Pesta Literasi Indonesia 2025: Cerita Khatulistiwa di Jakarta Selatan, sutradara sekaligus komedian itu menyebut buku sebagai alat untuk melawan kebodohan sebuah inspirasi yang ia dapat dari karya Tere Liye “Teruslah Bodoh Jangan Pintar.”
“Membaca buku itu buat saya adalah perlawanan langsung terhadap kebodohan,” ucap Ernest.
Menurutnya, buku punya keistimewaan dibanding sumber informasi lain. Di dalamnya tersimpan pengetahuan yang mendalam, hasil dari penelitian panjang, pengalaman, dan refleksi penulis. “Yang kita dapat dari membaca adalah ringkasan dari pemikiran seseorang yang sudah menelaah bidang itu selama bertahun-tahun,” tambahnya.