Dulu, Bandung itu identik sama udara sejuk, suasana santai, dan jalanan yang lumayan lancar. Orang dari Jakarta atau kota lain biasanya lari ke Bandung buat cari ketenangan, menghindari macet. Tapi belakangan ini, ada kabar yang bikin kaget: Bandung disebut-sebut jadi kota termacet, bahkan konon mengalahkan Jakarta. Benarkah begitu? Anggapan ini bukan isapan jempol belaka. Data dan pengalaman sehari-hari menunjukkan bahwa Bandung memang sedang menghadapi masalah kemacetan yang serius, mengubah citranya sebagai kota nyaman jadi arena perjuangan di jalanan.
Perangkap di Kota Kembang: Pertumbuhan dan Keterbatasan
Kenapa Bandung bisa jadi macet parah? Ada beberapa faktor yang main di sini. Pertama, pertumbuhan jumlah kendaraan yang jauh lebih cepat daripada pembangunan jalan baru. Populasi Bandung terus bertambah, begitu juga jumlah mobil dan motor pribadi. Setiap tahun, ribuan kendaraan baru membanjiri jalanan, sementara kapasitas jalan tidak ikut nambah secara signifikan. Jalan-jalan yang tadinya cukup kini terasa sempit dan sesak.
Kedua, urbanisasi dan daya tarik kota. Bandung itu punya banyak magnet. Sebagai pusat pendidikan, banyak mahasiswa berdatangan. Sebagai destinasi wisata, apalagi saat akhir pekan atau liburan panjang, wisatawan dari berbagai daerah tumpah ruah. Mereka bawa kendaraan sendiri atau menyewa, menambah beban jalanan yang sudah padat. Pertumbuhan pusat perbelanjaan, cafe, dan tempat nongkrong baru juga turut menyedot kendaraan ke titik-titik tertentu, menciptakan kemacetan di sana-sini. Tata kota yang belum sepenuhnya bisa menampung volume kendaraan ini jadi masalah besar.