Infrastruktur yang Terbatas dan Pola Pergerakan Unik
Salah satu penyebab lain kemacetan di Bandung adalah keterbatasan infrastruktur jalan. Topografi Bandung yang cekung (dikelilingi pegunungan) membuat pengembangan jaringan jalan baru jadi tantangan. Jalan-jalan yang ada seringkali merupakan peninggalan masa lalu yang tidak dirancang untuk menampung volume lalu lintas seperti sekarang. Banyak persimpangan yang tidak efisien, kurangnya jalan alternatif atau ring road yang memadai, serta bottleneck di beberapa titik membuat aliran kendaraan tersendat.
Selain itu, pola pergerakan masyarakat Bandung juga cukup unik. Masyarakatnya cenderung menggunakan kendaraan pribadi untuk jarak dekat sekalipun. Sistem transportasi publik yang belum terintegrasi sepenuhnya atau belum menjangkau semua area strategis membuat banyak orang enggan beralih dari mobil atau motor. Ditambah lagi, kebiasaan parkir sembarangan di pinggir jalan dan keberadaan pedagang kaki lima di trotoar semakin mempersempit ruang gerak kendaraan. Semua ini menciptakan lingkaran setan kemacetan yang sulit diputus.
Dampak Buruk Kemacetan: Tidak Hanya Buang Waktu
Kemacetan di Bandung punya dampak serius yang tidak cuma buang-buang waktu di jalan. Produktivitas menurun karena waktu yang seharusnya bisa dipakai untuk bekerja atau istirahat malah habis di perjalanan. Polusi udara juga makin parah. Asap kendaraan yang menumpuk di jalanan padat tentu saja berbahaya bagi kesehatan paru-paru penduduk.
Secara ekonomi, kemacetan juga merugikan. Biaya operasional kendaraan jadi lebih tinggi karena boros bahan bakar. Waktu pengiriman barang terhambat, yang berujung pada kerugian bisnis. Stres akibat kemacetan juga bisa memicu masalah kesehatan mental bagi pengendara dan penumpang. Citra Bandung sebagai kota nyaman pun ikut terkikis, mungkin membuat calon wisatawan berpikir dua kali untuk berkunjung, apalagi menetap.