Rencana perubahan undang-undang pemilu di Kaledonia Baru diyakini telah menjadi pemicu utama kerusuhan mematikan yang terjadi belakangan ini. Namun, di balik utama penyebabnya, terdapat keresahan sosial yang muncul akibat terancamnya perekonomian utama di negara tersebut.
Seorang ekonom komoditas, Philippe Chalmin, menyatakan bahwa "Nikel adalah kutukan bagi Kaledonia Baru." Ia menyesalkan ketergantungan penuh negara kepulauan ini pada sumber daya ini.
Menurut laporan Institut d'émission d'Outre-mer (IEOM), lebih dari 15.000 orang mencari nafkah dari nikel di Kaledonia Baru, atau 25 persen dari total pekerja di wilayah tersebut dari total penduduk 270.000 jiwa.
Data dari Bureau de Recherches Géologiques et Minières menunjukkan bahwa pada tahun 2020, terdapat lebih dari 1.500 hak pertambangan di wilayah tersebut ditambah tiga pabrik pengolahan. Namun, sektor ini sangat terpukul oleh penurunan harga.