Pembangunan terowongan kembar ini mengadopsi teknologi canggih dengan menggunakan metode New Austrian Tunneling Method (NATM), yang dikenal sebagai metode penggalian bertahap. “Metode ini sangat cocok untuk kondisi material yang akan digali. Di Cisumdawu ini, kami menghadapi material vulkanik yang cenderung mudah runtuh ketika terkena air, dan terdapat pula bongkahan batu yang bercampur dalam tanah akibat aktivitas vulkanik,” kata Fahmi.
Metode NATM, seperti yang dilansir dari tunnelingonline.com, adalah teknik konstruksi terowongan yang mengedepankan prinsip geoteknik modern dengan memanfaatkan kekuatan alami tanah dan batuan di sekitarnya sebagai penopang utama. Berbeda dengan metode konvensional yang sering mengandalkan struktur pendukung statis dari awal, NATM bersifat fleksibel dan responsif terhadap kondisi geologis selama proses penggalian berlangsung.
Praktik metode NATM terdiri dari beberapa tahapan yang saling terkait:
1. Penggalian Bertahap
Proses penggalian dilakukan sedikit demi sedikit, bukan sekaligus, untuk menjaga kestabilan tanah. Biasanya, terowongan digali dalam bentuk tapal kuda yang mendistribusikan beban tanah secara alami.
2. Pemasangan Penyangga Awal
Setelah permukaan tanah atau batu sudah terbuka, langkah segera diambil dengan penyemprotan shotcrete (beton semprot) yang mengering cepat sebagai penahan longsor. Pemasangan rock bolt dan mesh baja juga dilakukan untuk mengikat massa tanah atau batuan secara struktural.
3. Monitoring
Pemasangan alat sensor di dinding terowongan memungkinkan untuk memantau tekanan, pergerakan tanah, dan deformasi yang mungkin terjadi. Data dari monitoring sangat kritis untuk menentukan apakah dibutuhkan penguatan tambahan atau dapat melanjutkan ke tahap berikutnya.