Pecahnya organisasi ini memicu gelombang kekerasan antarkelompok yang merambah ke berbagai wilayah Jepang. Bentrokan yang terjadi menimbulkan korban jiwa, luka-luka, dan keresahan di masyarakat.
Munculnya Kelompok-Kelompok Sempalan
Selain Kobe Yamaguchi-gumi, dua kelompok lain juga memilih jalan sendiri: Kizuna-kai yang memisahkan diri pada 2017, dan Ikeda-gumi yang terbentuk pada 2020. Ketiganya kini masuk dalam daftar organisasi kriminal berbahaya berdasarkan undang-undang anti-kejahatan terorganisir Jepang.
Karena status tersebut, aktivitas mereka dibatasi secara hukum, termasuk larangan penggunaan kantor geng sebagai markas operasi serta pembatasan pertemuan kelompok yang melibatkan lebih dari lima orang.
Penurunan Jumlah Anggota dan Kesenjangan Kekuatan
Menurut data dari Buku Putih Kepolisian Jepang yang dirilis akhir 2024, jumlah anggota Yakuza di seluruh negeri terus menyusut. Yamaguchi-gumi tercatat masih menjadi yang terbesar dengan sekitar 3.300 anggota. Sementara Kobe Yamaguchi-gumi memiliki 120 anggota, dan Kizuna-kai serta Ikeda-gumi masing-masing hanya 60.
Tekanan dari kepolisian yang semakin intens membuat kegiatan ilegal Yakuza, seperti pemerasan dan perjudian, semakin sulit dilakukan. Hal ini berdampak pada berkurangnya kekuatan finansial mereka, memperbesar kesenjangan antara Yamaguchi-gumi dan kelompok sempalan.