Selain itu, Malaysia melakukan pemangkasan birokrasi yang memudahkan investasi bisnis saat masuk ke negaranya. Di Malaysia, perusahaan asing bisa hanya menggunakan high level design untuk mendapatkan izin membangun, sementara di Indonesia harus sampai ke detail engineering design, yang memakan waktu dan biaya yang tinggi. Alasan lainnya adalah bahwa jika Indonesia juga fokus dengan renewable energy, banyak perusahaan yang berbasis di Amerika Utara dan Eropa Barat bersedia untuk melakukan kerjasama pembangunan data center. Karena negara-negara tersebut fokus pada ESG (Environmental, Social and Governance), hal-hal yang berkaitan dengan energi terbarukan dapat mendorong pertumbuhan industri data center.