Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Esmail Baghaei, juga menyatakan bahwa diskusi berlangsung dalam suasana serius, di mana masing-masing pihak bertukar posisi dan pandangan terkait dua isu penting: pengurangan sanksi dan pembangunan kepercayaan tentang sifat damai dari program nuklir Iran. Meski demikian, Araghchi menekankan bahwa Iran tidak terbuka untuk negosiasi mengenai isu-isu di luar urusan nuklir.
Pelaksanaan perundingan ini adalah lanjutan dari dua putaran sebelumnya, yang terakhir berlangsung di Roma. Delegasi Iran dipimpin oleh Araqchi, sementara perwakilan AS dipimpin oleh Utusan Khusus untuk Urusan Timur Tengah, Steve Witkoff. Putaran pertama perundingan diadakan pada 12 April.
Pengulangan negosiasi ini mengikuti ancaman dari Presiden AS, Donald Trump, yang sebelumnya menegaskan bahwa tindakan militer akan dipertimbangkan jika tidak ada kesepakatan baru yang tercapai. Kesepakatan baru tersebut diharapkan dapat menggantikan perjanjian nuklir yang disepakati pada tahun 2015 di bawah pemerintahan Barack Obama. Beberapa laporan menyebutkan bahwa Trump sekali lagi menekankan pentingnya memastikan Iran tidak memiliki senjata nuklir.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Oman, Badr Albusaidi, menyebutkan melalui akun media sosial bahwa pembicaraan yang berlangsung pada hari itu berhasil mengidentifikasi aspirasi bersama untuk mencapai kesepakatan berdasarkan saling menghormati dan komitmen yang langgeng. Dia menambahkan bahwa prinsip-prinsip, tujuan, dan isu-isu teknis telah dibahas secara komprehensif, dan pertemuan tingkat tinggi selanjutnya direncanakan pada minggu berikutnya.