Tampang.com | Pertempuran udara antara India dan Pakistan yang pecah pada 7 Mei 2025 menjadi sorotan tajam di kalangan pengamat militer dan pakar strategi pertahanan global. Dalam hitungan jam, foto-foto bangkai jet tempur Dassault Rafale milik India tersebar luas di media sosial, diklaim telah ditembak jatuh oleh pesawat J-10 Chengdu milik Angkatan Udara Pakistan menggunakan rudal udara-ke-udara PL-15E buatan China.
Klaim ini memicu perdebatan sengit, sekaligus menyoroti kompleksitas perang modern yang tak hanya melibatkan kecanggihan senjata, tetapi juga informasi, propaganda, dan diplomasi. Di balik konflik dua negara bertetangga tersebut, tersimpan pelajaran penting yang dapat diambil oleh Indonesia dalam memperkuat pertahanan udaranya.
1. Dominasi Teknologi Tak Selalu Menjamin Kemenangan
Pertempuran yang disebut sebagai "Operation Sindoor" oleh India justru berubah menjadi mimpi buruk. Lima pesawat tempur India diklaim berhasil dijatuhkan Pakistan, termasuk tiga jet Rafale dan dua pesawat buatan Rusia. Meskipun India memiliki armada udara yang dinilai lebih modern dan canggih, termasuk keunggulan avionik seperti sistem multi-sensor data fusion pada Rafale, hasil di medan tempur membuktikan bahwa kemenangan tak hanya bergantung pada spesifikasi teknis.