Rusia dan Korea Utara menyangkal adanya transfer senjata. Iran sebelumnya telah menyebut pihaknya memasok drone ke Rusia, namun mengklaim telah mengirimkannya sebelum perang dimulai. China membantah memasok senjata ke Rusia. Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Lin Jian dilaporkan menggambarkan komentar terbaru NATO sebagai "bias, fitnah, dan provokatif."
Pendiri dan presiden Eurasia Group, Ian Bremmer, mengatakan KTT NATO terbaru menunjukkan bahwa Barat dan lawan-lawannya tampaknya memposisikan diri mereka dalam "postur Perang Dingin yang baru." "Dicapnya China sebagai musuh utama akan meningkatkan tekanan untuk memisahkan diri dari China dalam sektor-sektor penting yang strategis bagi Eropa," ujarnya.
Kedigdayaan Ekonomi Bagaimana Barat dapat menghadapi musuh-musuh tersebut masih harus dilihat. Rusia, Korea Utara, dan Iran sudah terkena sanksi internasional yang besar, dan pembatasan terhadap perdagangan internasional bisa dibilang telah mendorong mereka menjadi lebih dekat satu sama lain. Namun bila mengalamatkan pernyataan NATO terkait pertentangan dengan China, hal ini masih perlu didalami lebih lanjut. Pasalnya, China merupakan salah satu motor ekonomi yang kuat.
"NATO lebih banyak mengidentifikasi dan mengagumi masalah tersebut, daripada menguraikan apa yang harus dilakukan aliansi itu mengenai masalah tersebut," kata Ed Arnold, peneliti senior Keamanan Eropa di departemen Keamanan Internasional di lembaga pemikir Royal United Services Institute.
Holger Schmieding, kepala ekonom di Berenberg Bank, mengatakan superioritas ekonomi Barat dapat membantunya untuk menang. Pasalnya, Barat memiliki sumber daya yang besar, sementara China dirasanya sudah mencapai titik maksimal. "Sangat mudah untuk menjadi pesimistis terhadap prospek negara-negara maju sebagai pembela kebebasan, perdamaian dan demokrasi. Tapi itu salah. Waktu tidak berpihak pada musuh-musuh Barat. Porsi China dalam PDB global tampaknya mencapai puncaknya, Rusia akan berjuang untuk melakukan perang yang memakan banyak biaya, dan Iran semakin berubah menjadi seperti Korea Utara," tuturnya.