Revolusi Iran 1979
Pada tahun 1978, gelombang protes besar-besaran melanda Iran, dipicu oleh ketidakpuasan terhadap rezim Shah yang korup dan represif. Dengan dukungan luas dari berbagai kalangan, termasuk kaum ulama, mahasiswa, dan pekerja, revolusi mencapai puncaknya pada Februari 1979 ketika Shah melarikan diri dari Iran. Khomeini kembali ke Iran setelah 15 tahun di pengasingan dan disambut dengan antusiasme luar biasa oleh jutaan rakyat Iran.
Pembentukan Republik Islam
Setelah kemenangan revolusi, Khomeini segera mengkonsolidasikan kekuasaannya dan mendirikan Republik Islam Iran. Pada 1 April 1979, melalui referendum nasional, mayoritas rakyat Iran menyetujui pembentukan negara Islam dengan Khomeini sebagai pemimpin tertinggi (Rahbar). Konstitusi baru yang diadopsi memberikan kekuasaan besar kepada ulama, khususnya pemimpin tertinggi, dalam mengarahkan politik dan pemerintahan negara.
Kebijakan Domestik dan Internasional
Di dalam negeri, Khomeini menerapkan kebijakan-kebijakan yang bertujuan mengislamkan seluruh aspek kehidupan masyarakat. Undang-undang berdasarkan syariat Islam diberlakukan, termasuk dalam sistem hukum, pendidikan, dan ekonomi. Pembatasan-pembatasan ketat diberlakukan terhadap hak-hak perempuan dan kebebasan berpendapat.
Dalam kebijakan luar negeri, Khomeini mengadopsi sikap anti-Barat dan anti-Israel yang tegas. Iran memutuskan hubungan diplomatik dengan Amerika Serikat setelah krisis sandera 1979, di mana mahasiswa Iran menyerbu Kedutaan Besar AS di Teheran dan menyandera 52 diplomat selama 444 hari. Khomeini juga mendukung gerakan-gerakan Islam radikal di berbagai negara, yang memperburuk hubungan Iran dengan banyak negara di Timur Tengah.