Masyarakat Lebanon masih terkejut dan marah dengan serangan pager pada Selasa (17/9/2024), ketika ribuan pager meledak dalam serangan tersinkronisasi, menewaskan 12 orang termasuk seorang gadis berusia delapan tahun dan seorang anak laki-laki berusia 11 tahun, serta melukai sekitar 2.800 orang.
Laporan menyebutkan bahwa pager yang meledak mungkin telah dipasangi bahan peledak, sebelum diledakkan dari jarak jauh. Hizbullah mendistribusikan pager di tengah kekhawatiran bahwa telepon pintar digunakan oleh militer dan badan intelijen Israel untuk melacak dan membunuh anggotanya. Namun, masih belum jelas bagaimana serangan walkie talkie pada Rabu (18/9/2024) dapat terjadi.
Serangan-serangan ini telah menimbulkan kekhawatiran akan keamanan di Lebanon serta menunjukkan eskalasi konflik yang sedang berlangsung di kawasan tersebut.
Berdasarkan data dari lembaga pengawas keamanan, serangan-serangan tersebut menunjukkan pola yang berkembang, yang menunjukkan adanya simpul baru dalam jaringan serangan teror di Lebanon. Hal ini mendesak pemerintah setempat untuk meningkatkan pengawasan terhadap peredaran dan penggunaan perangkat komunikasi, sekaligus memperkuat kerja sama dengan negara-negara tetangga guna mengatasi ancaman serangan terorisme.
Selain itu, diperlukan upaya pencegahan serius untuk mengatasi penyelundupan dan penyaluran bahan peledak di wilayah Lebanon. Dukungan internasional juga sangat diharapkan agar dapat membantu Lebanon dalam memperkuat keamanan nasionalnya dan melindungi masyarakat dari ancaman terorisme.
Hal yang menjadi perhatian utama adalah keberhasilan Israel dalam menyusupi jaringan komunikasi Hizbullah, yang menggambarkan ketidakmampuan pemerintah Lebanon untuk melindungi infrastruktur penting negaranya. Hal ini menimbulkan konsekuensi serius terhadap stabilitas keamanan di kawasan tersebut, dan menuntut upaya serius dalam memperkuat pertahanan siber dan menjaga privasi komunikasi di negara tersebut.