Tidak hanya itu, negara-negara juga mengembangkan dan menerapkan teknologi canggih untuk melindungi infrastruktur digital mereka. Artificial Intelligence (AI) dan Machine Learning (ML) digunakan untuk mendeteksi anomali dan potensi serangan siber secara real-time. Teknologi ini memungkinkan deteksi dini terhadap serangan dan respons yang lebih cepat serta efektif. Singapura, misalnya, telah menginvestasikan sumber daya yang signifikan dalam pengembangan teknologi AI untuk keamanan siber sebagai bagian dari Smart Nation Initiative.
Pendidikan dan pelatihan juga menjadi komponen penting dalam strategi keamanan siber nasional. Negara-negara berinvestasi dalam program pelatihan bagi tenaga kerja dan masyarakat umum untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan dalam menghadapi ancaman siber. Universitas dan lembaga pendidikan lainnya juga mulai menawarkan program studi khusus di bidang keamanan siber. Contohnya, Australia melalui program Cyber Security Strategy and Implementation Plan menyediakan pelatihan dan sertifikasi bagi individu yang ingin berkarir di bidang keamanan siber.
Selain upaya preventif, negara-negara juga menyiapkan respons cepat terhadap insiden siber. Mereka membentuk tim respons insiden siber (Computer Emergency Response Team atau CERT) yang bertugas untuk menangani dan memitigasi dampak serangan siber. Tim ini biasanya bekerja 24/7 untuk memastikan bahwa setiap insiden dapat direspon dengan cepat dan efektif, meminimalisir kerusakan dan kerugian yang ditimbulkan. Contohnya, Korea Selatan memiliki K-CERT yang bertugas untuk merespons serangan siber dan memberikan bantuan teknis kepada organisasi yang terkena dampak.