Jepang tengah menghadapi situasi politik yang tidak stabil pasca kegagalan koalisi yang dipimpin Partai Demokrat Liberal (LDP) untuk memperoleh mayoritas di parlemen, suatu kejadian yang terjadi untuk pertama kalinya sejak 2009. Dampak dari kondisi politik tersebut diprediksi akan berdampak terhadap nilai Yen dan saham Jepang pada Senin (28/10/2024).
Situasi politik yang labil ini diperkirakan akan memberikan tekanan terhadap sentimen investor terhadap aset Jepang, terutama setelah langkah Perdana Menteri Shigeru Ishiba untuk mengadakan pemilu dadakan yang justru merugikan koalisi tersebut.
Menurut Jumpei Tanaka, seorang ahli strategi di Pictet Asset Management Japan Ltd, "Saham Jepang kemungkinan akan dijual karena ketidakpastian terkait masa depan politik. Ada juga kemungkinan bahwa Perdana Menteri Ishiba akan dipaksa mundur, yang turut memberi tekanan pada pasar saham Jepang”.
Hal ini juga disampaikan oleh para ahli strategi lain, yang menyatakan bahwa tekanan jual terhadap yen terhadap dolar AS mungkin terjadi, namun aspek 'jual Jepang' akan membatasi dampak positif pelemahan yen terhadap saham Jepang.
Dampak dari ketidakpastian politik ini juga terlihat pada pasar ekuitas. Gary Dugan, CEO Global CIO Office, mengatakan bahwa ada risiko penurunan pasar ekuitas akibat hasil yang tidak pasti ini.
Selain itu, ketidakpastian politik juga akan menambah kekhawatiran di tengah ketidakpastian geopolitik global. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi politik yang tidak stabil dapat memberikan dampak yang signifikan terhadap pasar keuangan Jepang.