Tensi di Timur Tengah kembali memanas setelah Israel melaporkan delapan tentaranya tewas dalam bentrokan dengan Hizbullah di Lebanon selatan. Dikatakan bahwa para tentara tersebut menjadi korban pertama Israel dalam serangan darat yang meluas di tengah kekhawatiran akan semakin meluasnya konflik dengan Iran.
Isu konflik antara Israel dan Hizbullah semakin memuncak ketika Israel mengirimkan bala bantuan ke Lebanon selatan, serta melancarkan serangan udara terhadap kelompok yang didukung Iran tersebut. Hizbullah juga turut serta dalam aksi serangannya dengan menembakkan roket-roket salvo ke kota-kota Israel, bahkan mereka mengklaim telah menghancurkan tiga tank ketika membombardir kota Maroun Al Ras.
Dampak dari serangan Israel di Lebanon dan rentetan rudal Iran ke Israel telah menjadi perhatian global, tak hanya dalam aspek konflik bersenjata, tapi juga mengguncang pasar-pasar energi di kawasan Timur Tengah. Kejadian ini juga mendorong sekutu-sekutu negara maju Israel dan negara-negara besar lainnya untuk mencari jalan keluar demi menciptakan de-eskalasi di kawasan tersebut.
Para pemimpin G7 melakukan pembicaraan telepon dan menegaskan bahwa konflik regional bukanlah kepentingan siapa pun. Mereka meyakinkan bahwa solusi diplomatik masih menjadi pilihan utama. Sementara itu, AS juga menegaskan bahwa sanksi lebih lanjut akan diberlakukan terhadap Iran sebagai bentuk respons atas eskalasi konflik di wilayah tersebut.
Di sisi lain, pemerintah Israel, bersama dengan para pemimpinnya, telah mengancam akan melakukan pembalasan terhadap Iran. Hal ini terjadi setelah Iran menembakkan sekitar 200 rudal balistik yang sebagian berhasil menembus pertahanan udara Israel. Meskipun hanya dilaporkan satu korban jiwa, serangan Iran telah merusak beberapa pangkalan angkatan udara Israel.