Channel News Asia (CNA) melaporkan, “Penyelidikan menemukan bahwa penyelam tersebut, Sersan Satu Arman San Hermansa, tewas karena arus yang kuat dan jarak pandang terbatas di area operasi. Arus yang tidak menentu mengakibatkan lumpur berhamburan ke dasar laut, menyebabkan jarak pandang sangat terbatas sekitar 30 cm pada hari kejadian.”
Menurut TLDM, situasi tersebut menempatkan penyelam dalam risiko tinggi dan tekanan kerja yang menantang. Laporan juga menyatakan bahwa tali yang digunakan oleh penyelam tersebut ditemukan “terlilit kapal” dan prosedur darurat yang dilakukan oleh korban tidak berhasil, menyebabkannya tenggelam.
Penilaian TLDM menunjukkan bahwa prosedur operasi penyelaman standar dan langkah-langkah keselamatan telah diikuti sebelum operasi penyelaman dimulai, serta peralatan yang digunakan dalam kondisi baik.
Selanjutnya, TLDM mengungkapkan bahwa Kapten Arman adalah penyelam yang kompeten. Upaya penyelamatan telah diselesaikan oleh perusahaan lokal pada 15 Oktober dan kapal tersebut saat ini sedang dalam proses pemeriksaan teknis.