Namun, banyak pihak yang meragukan niat baik dari kudeta ini. Luis Arce, yang terpilih secara demokratis pada tahun 2020, adalah penerus dari Evo Morales, presiden pertama Bolivia yang berasal dari kelompok pribumi. Arce dan Morales telah lama menjadi sasaran kritik dari kelompok elit dan militer yang merasa terancam oleh kebijakan pro-rakyat mereka.
Kudeta ini langsung mendapat reaksi keras dari masyarakat internasional. Organisasi Negara-negara Amerika (OAS) dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengutuk tindakan militer dan menyerukan pemulihan segera pemerintahan yang sah. Sekretaris Jenderal PBB, António Guterres, menyatakan keprihatinannya terhadap situasi yang berkembang dan menegaskan pentingnya menghormati prinsip-prinsip demokrasi.
"Kudeta militer tidak pernah menjadi solusi yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan politik dan ekonomi. Kami mendesak pihak-pihak yang terlibat untuk menahan diri dari kekerasan dan memulai dialog yang konstruktif untuk memulihkan demokrasi di Bolivia," kata Guterres.
Di dalam negeri, pendukung Arce turun ke jalan-jalan di berbagai kota besar untuk memprotes kudeta tersebut. Demonstrasi yang berlangsung di La Paz, Cochabamba, dan Santa Cruz diwarnai dengan bentrokan antara pengunjuk rasa dan pasukan keamanan. Laporan menyebutkan bahwa beberapa orang tewas dan puluhan lainnya terluka dalam kekerasan yang terjadi.