Selain menulis, Hirsi Ali juga dikenal karena keterlibatannya dalam politik. Ia bergabung dengan Partai Kebebasan Belanda (Partij voor de Vrijheid) di bawah pimpinan Geert Wilders dan menjadi anggota parlemen dari tahun 2003 hingga 2006. Selama masa jabatannya, Hirsi Ali fokus pada isu-isu seperti kebebasan berbicara, hak-hak perempuan, dan integrasi imigran. Ia dikenal karena pandangannya yang kontroversial mengenai Islam dan penekanan pada perlunya reformasi dalam masyarakat Muslim.
Perjuangan untuk Hak-Hak Perempuan
Sebagai seorang aktivis hak-hak perempuan, Hirsi Ali telah mengadvokasi berbagai isu penting. Ia sering berbicara tentang penganiayaan terhadap perempuan di negara-negara yang menerapkan hukum berbasis syariah, termasuk praktek-praktek seperti perkawinan paksa dan kekerasan domestik. Hirsi Ali menekankan pentingnya memberikan suara kepada perempuan yang mengalami penindasan dan mendorong reformasi untuk melindungi hak-hak mereka.
Hirsi Ali juga berbicara tentang perlunya pendidikan yang lebih baik bagi perempuan di negara-negara berkembang dan berkontribusi pada berbagai organisasi yang mendukung hak-hak perempuan, termasuk The Ayaan Hirsi Ali Foundation. Organisasi ini bertujuan untuk mempromosikan pendidikan dan perlindungan hak-hak perempuan di seluruh dunia.
Tantangan dan Kontroversi
Perjalanan Hirsi Ali tidak selalu mulus. Pandangan kritisnya terhadap Islam dan penekanan pada reformasi membuatnya menjadi tokoh yang sangat kontroversial. Ia menghadapi berbagai ancaman dan serangan dari kelompok ekstremis, termasuk ancaman pembunuhan dari kelompok Al-Qaeda setelah film dokumenternya "Submission" (2004) dirilis. Film ini, yang disutradarai oleh Theo van Gogh, mengkritik penilaian terhadap wanita dalam Islam dan mengarah pada pembunuhan van Gogh oleh seorang ekstremis.