Seorang perwira cadangan mengatakan bahwa “secara praktis, seorang teroris adalah siapa pun yang telah dibunuh oleh tentara di area di mana pasukannya beroperasi.”
"Mereka bertanya berapa jumlahnya, dan saya memberikan angka berdasarkan apa yang kami lihat dan pahami di lapangan, dan kami lanjutkan. Bukan berarti kami membuat angka-angka, tetapi tak ada yang bisa menentukan dengan pasti siapa adalah teroris dan siapa yang terkena setelah memasuki zona pertempuran pasukan Israel,” tambahnya.
Meskipun Israel selalu mengklaim perangnya adalah untuk melindungi diri dari serangan teroris, pengakuan dari para perwira dan tentara ini menyoroti masalah serius tentang penggunaan kekuatan yang berlebihan dan dampaknya terhadap warga sipil di Gaza. Data dari PBB menunjukkan bahwa sebanyak 70-80% korban jiwa dalam konflik Israel-Palestina adalah warga sipil.
Selain itu, penduduk Gaza sendiri juga mengalami trauma yang luar biasa akibat perang ini. Menurut laporan UNICEF pada tahun 2020, hampir setiap anak di Gaza telah mengalami dampak psikologis dari konflik, termasuk kecemasan, depresi, dan PTSD (gangguan stres pasca trauma).