Psikologi di balik pembunuhan dalam keluarga juga sangat kompleks. Pelaku sering kali memiliki latar belakang psikologis yang bermasalah, seperti gangguan kepribadian antisosial atau narsistik. Gangguan ini dapat membuat individu tidak mampu merasakan empati atau penyesalan, sehingga lebih mudah bagi mereka untuk melakukan tindakan kekerasan. Selain itu, pelaku mungkin juga mengalami trauma masa kecil, seperti kekerasan atau pelecehan, yang bisa mempengaruhi perilaku mereka di kemudian hari.
Dalam beberapa kasus, pembunuhan dalam keluarga juga dapat dikaitkan dengan gangguan mental yang lebih serius seperti skizofrenia atau gangguan bipolar. Orang dengan gangguan ini mungkin mengalami delusi atau halusinasi yang membuat mereka percaya bahwa tindakan mereka benar atau diperlukan. Ini bisa termasuk keyakinan bahwa anggota keluarga mereka adalah ancaman atau bahwa mereka harus melindungi diri mereka sendiri dari bahaya yang tidak nyata.
Stres dan tekanan hidup sehari-hari juga dapat memainkan peran dalam pembunuhan dalam keluarga. Stres yang berlebihan dapat mengganggu fungsi kognitif dan emosional seseorang, membuat mereka lebih mudah terpancing emosi dan melakukan tindakan impulsif. Ketika ditambah dengan kurangnya dukungan sosial dan keterampilan mengelola stres yang buruk, situasi ini bisa menjadi bencana.
Intervensi awal dan dukungan psikologis sangat penting dalam mencegah pembunuhan dalam keluarga. Edukasi tentang kekerasan dalam rumah tangga dan tanda-tanda peringatan, serta akses ke layanan kesehatan mental, dapat membantu individu mengatasi stres dan konflik tanpa kekerasan. Selain itu, penting untuk menciptakan lingkungan yang mendukung di mana anggota keluarga merasa aman untuk berbicara tentang masalah mereka dan mencari bantuan.