Di tengah menurunnya kewaspadaan global terhadap Covid-19, muncul varian baru bernama Nimbus atau NB.1.8.1 yang kini menyebar cepat ke berbagai belahan dunia. Varian ini tengah menjadi sorotan karena memicu lonjakan kasus yang signifikan di negara-negara seperti Tiongkok, Singapura, dan Hong Kong. Bahkan, Amerika Serikat kini turut mencatat penyebaran cepat varian ini, menempatkannya sebagai salah satu varian dominan dalam beberapa pekan terakhir.
Mengutip laporan Forbes, gejala Covid-19 varian Nimbus secara umum masih menyerupai infeksi Covid sebelumnya. Namun ada satu keluhan khas yang kerap dilaporkan oleh penderitanya—rasa nyeri di tenggorokan yang sangat tajam dan menusuk. Beberapa dokter menggambarkannya seperti "tenggorokan disayat silet" atau razor blade throat, istilah informal yang kini mulai populer di kalangan tenaga kesehatan.
Karakteristik Gejala Varian NB.1.8.1
Gejala khas dari varian ini terutama terfokus pada rasa sakit luar biasa saat menelan, umumnya terasa di bagian belakang tenggorokan. Meski faringitis (radang faring) bisa dipicu oleh berbagai hal, lonjakan kasus dengan keluhan tersebut di negara-negara yang terkena dampak menunjukkan adanya pola yang mengarah pada infeksi SARS-CoV-2 varian NB.1.8.1.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) secara resmi menyatakan varian ini sebagai varian yang sedang dipantau per tanggal 23 Mei lalu. Ini berarti WHO menganggapnya memiliki potensi untuk berkembang menjadi varian yang lebih serius, mengingat mutasi signifikan pada protein spike serta tingkat penularannya yang relatif tinggi.
Di Amerika Serikat, data dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menunjukkan bahwa selama pekan yang berakhir pada 7 Juni 2025, varian NB.1.8.1 terdeteksi dalam sekitar 37% sampel Covid-19 yang dikumpulkan. Angka ini hanya terpaut sedikit dari varian dominan lainnya, yakni LP.8.1, yang menunjukkan bahwa Nimbus kini menjadi salah satu varian yang paling cepat menyebar.