Tampang.com | Di balik pencapaian dan gelar "generasi produktif", pekerja muda Indonesia kini menghadapi ancaman kesehatan mental yang kian nyata. Tekanan kerja, jam lembur yang tidak manusiawi, dan ekspektasi tak masuk akal menjadi pemicu utama meningkatnya kasus kecemasan, insomnia, hingga depresi klinis.
Statistik Meningkat, Tapi Minim Penanganan
Menurut data Kementerian Kesehatan 2024, setidaknya 1 dari 4 pekerja usia 20–35 tahun mengalami gangguan psikologis, terutama kecemasan dan depresi ringan hingga sedang. Ironisnya, hanya sebagian kecil yang mencari pertolongan profesional karena stigma dan keterbatasan akses layanan psikologis.
“Banyak yang terus bekerja meski batinnya hancur. Mereka takut dianggap lemah atau tidak profesional,” ujar Dr. Livia Rachman, psikolog klinis.
Lingkungan Kerja Semakin Toxic dan Tidak Ramah Mental
Budaya ‘kerja harus produktif setiap waktu’ telah melahirkan atmosfer kantor yang tidak sehat. Lembur dianggap bentuk loyalitas, dan waktu istirahat kerap diremehkan. Belum lagi tekanan dari atasan yang tidak memahami pentingnya keseimbangan hidup.