Selain itu, ultra-processed food cenderung rendah serat, vitamin, dan mineral. Makanan olahan tersebut sering kali telah kehilangan nutrisi alami saat melalui proses industri yang panjang. Kekurangan serat, vitamin, dan mineral dalam makanan dapat menyebabkan gangguan pencernaan, menurunkan sistem kekebalan tubuh, dan meningkatkan risiko penyakit kronis seperti kanker dan osteoporosis.
Sebagai tambahan, kehadiran bahan tambahan seperti pemanis buatan, pewarna, pengawet, dan penguat rasa dalam ultra-processed food juga menjadi alasan mengapa makanan tersebut dianggap tidak sehat. Bahan tambahan ini sering kali terkait dengan risiko kesehatan seperti gangguan metabolisme, reaksi alergi, dan gangguan fungsi organ tubuh.
Adapun proses produksi makanan ultra-processed yang melibatkan bahan kimia serta zat aditif tertentu juga menjadi alasan utama mengapa makanan ini dianggap tidak sehat. Proses produksi yang tidak sehat ini dapat meningkatkan risiko terhadap kontaminasi bahan kimia berbahaya yang dapat membahayakan kesehatan konsumen.
Terakhir, konsumsi makanan ultra-processed cenderung membuat individu kehilangan kontrol terhadap pola makan sehat. Makanan olahan sering dikonsumsi karena ketersediaan dan kenyamanannya, namun kecenderungan untuk mengonsumsi lebih dari yang seharusnya bisa meningkatkan risiko obesitas dan masalah kesehatan terkait.
Dengan segala alasan di atas, penting untuk mulai memperhatikan pola makan dan membatasi konsumsi ultra-processed food. Mengutamakan makanan alami, segar, dan minim proses adalah langkah penting untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Menyadari dampak buruk ultra-processed food bagi kesehatan adalah awal yang baik untuk memulai perubahan menuju gaya hidup yang lebih sehat.