Pada tanggal 24 September, 2026 berdasarkan laporan yang diterima oleh Badan Karantina Indonesia (Barantin), melaporkan bahwa kasus ASF terus menyebar di berbagai wilayah Indonesia. Provinsi-provinsi yang terdampak juga terus bertambah.
Data dari Barantin menunjukkan bahwa jumlah babi yang terinfeksi dan mati akibat ASF terus meningkat. Di Papua misalnya, tercatat peningkatan signifikan dari bulan sebelumnya. Begitu juga dengan provinsi lain seperti Papua Tengah dan Nusa Tenggara Timur.
Upaya penanganan wabah ASF terus dilakukan oleh pemerintah melalui berbagai langkah, mulai dari pemantauan yang ketat hingga sosialisasi kepada masyarakat terkait langkah-langkah pencegahan yang harus diambil.
Pemerintah juga terus mengupayakan pemenuhan vaksin untuk mengatasi wabah ASF ini. Namun demikian, langkah-langkah preventif masyarakat juga menjadi sangat penting dalam meminimalisir dampak wabah ini terhadap sektor peternakan babi di Indonesia.
Dalam kasus ASF ini, kerja sama antara pemerintah, peternak, dan masyarakat menjadi kunci utama untuk mengurangi penyebaran virus, melindungi babi yang sehat, serta menjaga kesehatan masyarakat dari dampak yang mungkin ditimbulkan oleh wabah ini. Saling gotong royong dalam pencegahan dan penanganan wabah ASF akan menjadi kunci dalam mengatasi wabah ini yang semakin mengkhawatirkan.