Setelah hampir tidak terdengar istilah COVID-19 sejak akhir dari masa pandemi pada tahun 2021, kali ini virus tersebut kembali muncul. Peningkatan kasus COVID-19 di beberapa negara Asia tengah menjadi sorotan, terutama dengan munculnya varian baru yang dinamakan ‘Nimbus’. Varian ini pertama kali diidentifikasi pada akhir Januari 2025 dan telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan tenaga kesehatan dan masyarakat luas.
COVID-19 varian ‘Nimbus’ secara resmi dikenal dengan nama NB.1.8.1, yang merupakan turunan dari subgaris jenis Omicron. Sejak kemunculannya, varian ini telah menyebar dengan cepat dan mempengaruhi sejumlah negara di Asia, termasuk Indonesia, Filipina, dan India. Para ahli virologi menjelaskan bahwa varian ini memiliki sejumlah mutasi yang memungkinkan ia untuk menghindari kekebalan yang telah diperoleh dari vaksinasi atau infeksi sebelumnya.
Kekhawatiran utama mengenai varian Nimbus adalah ketidakpastian mengenai keganasannya. Meskipun informasi awal dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa varian ini mungkin tidak menyebabkan gejala yang lebih parah dibandingkan dengan varian Omicron lainnya, namun situasi ini masih terlalu dini untuk diambil kesimpulan definitif. Dengan tingkat penularan yang tinggi, varian ini dapat berpotensi menyebabkan lonjakan kasus baru yang signifikan.