Banyak orang merasa gagal saat menjalani program diet, biasanya karena terlalu fokus menghitung kalori atau terjebak dalam tren diet ekstrem yang sulit dipertahankan. Namun, dr. Gagah Buana Putra, seorang spesialis jantung dan pembuluh darah, justru menemukan kunci sukses menurunkan berat badan dan membangun pola hidup sehat berasal dari pemahaman sederhana tentang metabolisme tubuh dan keteraturan pola makan.
Dalam wawancara bersama CNBC Indonesia, dr. Gagah membagikan kisah pribadi sekaligus titik balik hidupnya. Ia mengaku pernah berada dalam kondisi sindroma metabolik — suatu kondisi serius yang meliputi gula darah tinggi, kolesterol jahat, tekanan darah tinggi, dan obesitas perut. Tanpa disadari, ia mengalami perut buncit dengan lingkar perut mencapai 103 cm, melebihi batas ideal bagi pria. Saat itu, ia kerap menganggap minum jus mangga tanpa gula sebagai pilihan sehat, padahal kandungan gulanya tetap tinggi dan berisiko.
Titik Balik: Teguran yang Mengubah Hidup
Kesadaran mulai muncul ketika seorang pengantar pasien menegurnya secara spontan, “Tapi dokter kok gendut?” Kalimat itu menyentaknya. Sebagai dokter yang rutin memberikan edukasi kesehatan jantung, ia merasa tidak punya alasan untuk menutupi kondisi tubuhnya, termasuk pipi tembam dan perut buncit di balik jas putihnya.
"Sebagai dokter jantung, saya tahu benar bahwa penyakit jantung koroner tidak datang tiba-tiba. Itu hasil dari kerusakan metabolik yang terjadi perlahan — gula tinggi menyebabkan peradangan, tekanan darah merusak pembuluh darah, dan kolesterol menumpuk hingga menyumbat arteri," jelasnya.
Gagal Diet Ekstrem, Sukses dengan Pola Sederhana
Dalam perjalanannya, dr. Gagah mengaku sempat mencoba berbagai metode diet populer — dari keto, vegan, puasa air (water fasting), hingga intermittent fasting (IF) ketat. Namun, semuanya berakhir gagal karena sulit dipertahankan secara konsisten.