Kalau otak kita mudah terkecoh, bukan berarti kita nggak bisa berbuat apa-apa. Justru karena tahu kelemahannya, kita bisa belajar untuk lebih hati-hati, lebih kritis, dan lebih terbuka. Kita bisa mulai dari hal sederhana: baca lebih dari satu sumber, dengarkan orang dengan latar belakang berbeda, atau berani mengakui bahwa kadang kita belum tahu apa-apa.
Kita semua, pada akhirnya, sedang dalam proses memahami dunia dan diri sendiri. Maka berhentilah sejenak dari kebiasaan ingin selalu merasa paling tahu. Bukan untuk jadi pasif, tapi untuk memberi ruang bagi pemahaman yang lebih jernih.
Karena ketika kita menyadari bahwa otak pun bisa menipu kita, saat itulah kita punya kesempatan untuk menjadi lebih bijak—dan tentu saja, lebih rendah hati.