Padahal kalau kita jujur, ilmu itu nggak pernah habis. Kita bisa belajar hal baru dari siapa saja: dari orang yang lebih muda, lebih tua, bahkan dari orang yang pandangannya bertolak belakang. Tapi itu hanya bisa terjadi kalau kita cukup rendah hati untuk mengakui, “Mungkin aku belum tahu semuanya.”
Salah satu langkah penting adalah belajar untuk tahan dulu sebelum menyimpulkan. Jangan buru-buru merasa yakin hanya karena informasi itu sejalan dengan pikiran kita. Jangan langsung merasa paham hanya karena itu terdengar familiar. Makin kita sadar bahwa pengetahuan itu dalam dan luas, makin kecil kemungkinan kita terjebak dalam keyakinan kosong.
Rasa paling tahu juga bisa berdampak pada hubungan sosial. Teman-teman bisa menjauh karena merasa tidak didengarkan. Orang lain bisa malas berdiskusi karena kita selalu ingin menang argumen. Tanpa sadar, kita menciptakan tembok antara diri sendiri dan lingkungan hanya karena gengsi untuk mengakui bahwa kita juga masih belajar.
Belajar menunda keyakinan itu butuh latihan. Mulai dari banyak bertanya, bukan hanya menjawab. Banyak membaca, bukan hanya mengomentari. Dan yang paling penting: sering-sering bercermin, “Apa yang aku percaya ini benar-benar hasil pemikiran mendalam, atau cuma ikut-ikutan dari lingkungan?”