Konsumerisme adalah sebuah fenomena sosial yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan modern. Fenomena ini didasari oleh kecenderungan masyarakat untuk terus menerus membeli barang dan jasa dalam jumlah yang besar, terutama di dalam masyarakat konsumen yang memandang bahwa memiliki banyak barang merupakan suatu bentuk status sosial atau kebahagiaan. Konsumerisme juga diwarnai oleh budaya "guna dan buang", di mana barang-barang sering kali hanya digunakan sebentar sebelum dibuang atau diperbarui dengan barang baru. Namun, saat ini banyak penelitian yang menunjukkan dampak negatif konsumerisme terhadap lingkungan.
Penelitian menunjukkan bahwa kebiasaan belanja yang berlebihan yang disebabkan oleh konsumerisme telah memberikan dampak serius terhadap lingkungan hidup. Salah satu dampak yang paling terlihat adalah peningkatan sampah dan limbah di berbagai tempat, terutama di daerah perkotaan yang padat penduduk. Banyak barang-barang tidak terpakai yang akhirnya memenuhi tempat pembuangan sampah bahkan sebelum barang tersebut benar-benar rusak atau tidak berfungsi. Selain itu, kebiasaan konsumerisme juga memiliki dampak pada pemanfaatan sumber daya alam yang berlebihan. Produksi barang-barang konsumen memerlukan konsumsi besar-besaran terhadap energi dan bahan baku, menyebabkan eksploitasi berlebihan terhadap sumber-sumber daya alam.
Dalam konteks konsumerisme dan lingkungan, kebiasaan belanja yang menjadi ciri khas konsumerisme, juga memiliki dampak besar terhadap lingkungan. Banyak konsumen yang tergoda untuk membeli barang-barang yang sebenarnya tidak mereka butuhkan, terutama jika mereka dipengaruhi oleh iklan dan tren terbaru. Hal ini mengakibatkan pemborosan sumber daya alam dan peningkatan limbah, karena barang-barang tersebut akan menjadi sampah dalam waktu yang relatif singkat. Selain itu, produksi barang-barang konsumen juga seringkali melibatkan pemakaian bahan-bahan kimia berbahaya, yang kemudian meracuni lingkungan ketika sampah dari produksi tersebut dibuang ke lingkungan.