Tampang

Fenomena Flexing di Sosial Media dan Dampaknya ke Psikologi Sosial

20 Mei 2025 21:37 wib. 105
0 0
flexing
Sumber foto: Pinterest

Fenomena ini juga bisa menciptakan semacam lingkaran setan. Orang yang insecure karena melihat flexing orang lain, mungkin akan merasa terdorong untuk ikut flexing agar dianggap sukses atau bahagia. Mereka jadi memaksakan diri membeli barang-barang yang sebenarnya di luar kemampuan finansial, hanya demi bisa pamer di media sosial. Ini tentu saja bisa berujung pada masalah finansial yang serius, seperti utang menumpuk, atau gaya hidup yang nggak sehat. Mereka terjebak dalam ilusi kemewahan yang sebenarnya rapuh.

Dampak lainnya adalah erosi empati dan rasa syukur. Ketika kita terus-menerus disuguhi tayangan kemewahan, kita jadi lupa bahwa di luar sana masih banyak orang yang berjuang untuk kebutuhan dasar. Prioritas jadi bergeser, dari mencari kebahagiaan sejati atau berkontribusi pada sesama, menjadi mengejar materi dan validasi semu. Ini bisa mengikis kemampuan kita untuk bersyukur atas apa yang sudah dimiliki dan berempati terhadap kesulitan orang lain.

Tentu saja, nggak semua yang pamer itu niatnya buruk atau berdampak negatif. Ada juga yang memang berbagi kebahagiaan atau pencapaian dengan cara yang sehat. Tapi, sebagai pengguna sosial media, kita perlu bijak dalam menyaring apa yang kita lihat dan bagaimana kita meresponsnya. Penting untuk selalu mengingatkan diri bahwa apa yang ditampilkan di feed itu seringkali bukan gambaran utuh dari realitas.

#HOT

0 Komentar

Belum ada komentar di artikel ini, jadilah yang pertama untuk memberikan komentar.

BERITA TERKAIT

BACA BERITA LAINNYA

POLLING

Dampak PPN 12% ke Rakyat, Positif atau Negatif?