Seorang pegawai DJI menuturkan pengalamannya: “Saya tak perlu lagi khawatir ketinggalan kereta terakhir, atau membangunkan istri karena pulang tengah malam.” Ungkapan ini mencerminkan betapa keras dan panjangnya jam kerja yang dulu menjadi hal biasa di perusahaan teknologi besar China.
Meski pihak manajemen Haier dan DJI belum memberikan pernyataan resmi, sinyal perubahan ini sudah sangat jelas: budaya kerja super ketat di China mulai melemah.
Tekanan Regulasi dan Sikap Tegas Pemerintah
Munculnya perubahan kebijakan ini bukan hanya karena tuntutan sosial atau pergeseran tren. Pemerintah China juga mulai mengambil langkah tegas terhadap praktik kerja berlebihan. Pada Maret lalu, sebuah firma hukum di Beijing dikenai sanksi karena terbukti melanggar aturan jam kerja dengan memaksa pegawai bekerja terlalu lama. Hukuman ini mendapatkan sambutan positif dari publik, dan dianggap sebagai bentuk penegakan hukum yang serius.
Namun demikian, para pengamat berpendapat bahwa dorongan utama dari perubahan ini kemungkinan datang dari penyesuaian terhadap regulasi ketenagakerjaan internasional, khususnya standar yang berlaku di Uni Eropa. Ketika perusahaan-perusahaan China ingin memperluas operasi global mereka, mengikuti standar internasional menjadi keharusan.
Sejak 2021, Mahkamah Agung China telah menyatakan sistem "996" sebagai praktik ilegal. Meski begitu, dalam praktiknya, jam kerja panjang masih banyak ditemui, terutama di sektor teknologi dan keuangan. Bahkan muncul istilah baru, yaitu "007"—bekerja atau siaga 24 jam penuh, 7 hari seminggu.
Dorongan untuk Keseimbangan Hidup dan Konsumsi Domestik
Pemerintah China tidak hanya ingin menertibkan jam kerja, tapi juga mendorong gaya hidup yang lebih seimbang bagi rakyatnya. Dalam rencana aksi Dewan Negara yang diumumkan pada Maret 2025, pemerintah menekankan pentingnya cuti berbayar dan hak istirahat bagi para pekerja, sejalan dengan upaya untuk meningkatkan konsumsi domestik.