Sejak dirilis oleh Riot Games pada tahun 2020, Valorant telah menjadi fenomena baru dalam dunia game tembak-menembak (first-person shooter). Menggabungkan elemen taktis seperti Counter-Strike dengan kemampuan unik dari karakter ala Overwatch, Valorant berhasil menciptakan identitas sendiri dalam genre FPS. Namun, bukan hanya gameplay-nya yang menarik perhatian dunia eSports pun kini tak bisa dilepaskan dari nama Valorant. Turnamen bergengsi, jutaan penonton, dan hadiah miliaran rupiah menjadi bukti bahwa Valorant adalah raksasa baru dalam kancah kompetitif global.
Valorant: Game Taktis dengan Cita Rasa Modern
Valorant bukan sekadar adu tembak cepat. Ini adalah permainan strategi, kerja tim, dan reaksi dalam hitungan detik. Setiap pemain memilih agen dengan kemampuan unik mulai dari membuat dinding es, mengirim drone pengintai, hingga menciptakan kabut asap. Kemampuan ini melengkapi senjata yang digunakan, menciptakan skenario permainan yang dinamis dan tak terduga.
Map yang dirancang dengan simetris dan berbagai titik choke point juga menambah unsur taktis. Ini bukan game yang bisa dimenangkan hanya dengan aim bagus kerja sama tim, komunikasi, dan pengambilan keputusan cepat sangat krusial.
Masuknya Valorant ke Dunia eSports
Riot Games memang bukan pemain baru di industri eSports. Mereka adalah otak di balik kesuksesan League of Legends, salah satu game eSports terbesar sepanjang masa. Maka, ketika Valorant dirilis, Riot langsung menggandeng organisasi profesional, pemain veteran FPS, serta streamer terkenal untuk mendorong ekosistem kompetitif.