“Orang banyak yang hidup dengan gali lubang tutup lubang. Saat THR cair, yang dibayar duluan ya tagihan. Karena kalau telat, denda makin besar,” ujar Nurhayati, seorang guru honorer di Depok.
Fenomena ini menggambarkan kondisi ekonomi masyarakat yang makin rapuh, di mana tunjangan rutin seperti THR tak lagi memberi ruang lega, melainkan hanya jadi alat bertahan sesaat.
Tak Ada Lagi Ruang Menabung
Kondisi ini membuat masyarakat hampir tidak memiliki ruang untuk menabung atau berinvestasi. THR yang dulu kerap dimanfaatkan untuk kebutuhan jangka panjang, kini habis untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendek.
“Daya beli melemah, THR jadi jaring pengaman darurat. Ini sinyal buruk bagi ekonomi mikro,” terang Taufik Ramadhan, ekonom dari Lembaga Sosial Ekonomi Nasional.
Menurutnya, jika tren ini terus berlangsung, maka pemulihan ekonomi pasca-pandemi bisa berjalan lamban, karena konsumsi masyarakat hanya bersifat fungsional, bukan produktif.
Pemerintah Didesak Beri Solusi Riil
Meski percepatan pencairan THR adalah langkah yang diapresiasi, masyarakat tetap menuntut kebijakan yang menyentuh akar persoalan. Dari pengendalian harga kebutuhan pokok, perlindungan terhadap pekerja informal, hingga edukasi pengelolaan keuangan rumah tangga.