PDD Holdings, perusahaan induk dari platform e-commerce Temu dan raksasa digital asal China, tengah menghadapi masa-masa sulit di tengah gejolak pasar global. Dalam laporan keuangan terbaru, perusahaan ini mencatat penurunan signifikan pada laba bersih mereka, sekaligus menyaksikan harga saham yang ikut terperosok. Kombinasi dari tekanan ekonomi domestik dan konflik perdagangan internasional menjadi faktor utama yang membebani kinerja PDD.
Penurunan Laba yang Tajam di Kuartal Pertama
Pada kuartal pertama 2025, PDD Holdings melaporkan penurunan laba bersih sebesar 47 persen, dari sebelumnya 27,8 miliar yuan menjadi hanya 14,74 miliar yuan atau setara dengan Rp 33,3 triliun. Penurunan drastis ini menunjukkan adanya tekanan berat yang dihadapi oleh perusahaan, terutama dari dalam negeri yang kompetisinya semakin ketat.
Menurut Bo Pei, analis dari US Tiger Securities, perlambatan konsumsi masyarakat di China dan meningkatnya persaingan antar platform e-commerce telah menjadi beban tersendiri bagi pertumbuhan perusahaan. Selain itu, ketegangan perdagangan global juga semakin memperkeruh situasi, menciptakan ketidakpastian yang menyulitkan ekspansi bisnis secara internasional.
Persaingan Ketat di Dalam Negeri
PDD Holdings harus berjibaku melawan dua raksasa e-commerce lainnya di China, yaitu Alibaba dan JD.com. Kompetisi yang begitu sengit ini memicu perang harga di antara para pemain besar demi menarik perhatian konsumen. Praktik diskon besar-besaran dan strategi promosi agresif kian menekan margin keuntungan.
Namun, bukan hanya PDD yang merasakan dampaknya. Alibaba pun melaporkan pendapatan kuartalan yang di bawah ekspektasi analis. Sementara itu, JD.com mencatat kinerja yang sedikit lebih baik, berkat inisiatif tukar tambah yang memberikan nilai tambah bagi konsumennya.