Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menegaskan bahwa pemerintah tidak akan banyak menarik utang baru untuk membiayai defisit APBN 2024 yang diperkirakan akan mencapai Rp 609,7 triliun, atau sebesar 2,7% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Jumlah defisit tersebut menunjukkan kenaikan signifikan dari yang semula direncanakan dalam APBN 2024, yaitu senilai Rp 522,8 triliun atau hanya sebesar 2,29% dari PDB. Penyebab utama dari peningkatan defisit ini adalah belanja negara yang melonjak dari target awal sebesar Rp 3.325,1 triliun menjadi Rp 3.412,2 triliun, sementara pendapatan negara tetap stabil di angka Rp 2.802 triliun.
Sri Mulyani menjelaskan bahwa beban defisit APBN yang meningkat akan ditutup dari saldo anggaran lebih (SAL) yang telah terkumpul sejak periode 2022-2023. Total SAL yang akan digunakan untuk menutup defisit tersebut mencapai Rp 100 triliun. Di samping itu, tambahan penggunaan SAL sebesar Rp 100 triliun juga akan menjadi sumber pendanaan untuk menutup defisit, sementara penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) akan tetap rendah. Hal ini menjelaskan bahwa meski defisit meningkat, penerbitan SBN tidak akan naik, bahkan cenderung lebih rendah sebesar Rp 214,6 triliun.