Total pembiayaan untuk menutup defisit APBN 2024 yang mencapai Rp 609,7 triliun akan berasal dari penerbitan SBN sebesar Rp 214,6 triliun, sementara sisa pendanaan yang sebesar Rp 100 triliun akan diperoleh dari SAL untuk mengurangi penerbitan SBN atau memenuhi kewajiban pemerintah. Sri Mulyani memaparkan bahwa penggunaan SAL pada saat ini, terutama dalam situasi suku bunga yang tinggi dan tekanan terhadap nilai tukar rupiah, bertujuan untuk menjaga kesehatan pasar SBN dan daya tariknya tanpa mengalami tekanan yang berlebihan.
Data ini menunjukkan bahwa kebijakan penggunaan SAL dan keterbatasan penerbitan SBN menjadi strategi pemerintah dalam mengelola defisit APBN yang membengkak. Hal ini juga menunjukkan upaya untuk menjaga stabilitas pasar keuangan dan daya tarik investasi, terlebih dalam kondisi ekonomi global yang belum sepenuhnya pulih akibat dampak pandemi COVID-19. Sri Mulyani menegaskan bahwa kebijakan ini telah terbukti efektif pada periode 2022-2023, di mana pemerintah mampu mengumpulkan SAL untuk digunakan pada saat seperti yang terjadi sekarang.