Tampang

Saham Dr. Martens Anjlok Usai Ungkap Prospek Suram Bisnis Tahun Depan

19 Apr 2024 10:45 wib. 1.212
0 0
saham Dr martens
Sumber foto: DOK. DRMARTENS.COM

Saham Dr. Martens anjlok ke rekor terendah pada perdagangan Selasa (16/4) setelah perusahaan memperkirakan prospek 2025 akan lebih menantang, mengutip penurunan signifikan pada penjualan di pasar Amerika Serikat. 

Sepatu merek yang dikenal dengan sebutan "Docs" telah berdiri kokoh selama hampir delapan dekade, beralih dari sepatu boot kerja ke simbol punk hingga menjadi ikon di kalangan Gen Z. Namun, etosnya yang mengusung konsep "dipakai seumur hidup" telah menjadi alasan utama dibalik penurunan penjualan merek sepatu tersebut.

Meskipun awalnya dirancang untuk para pekerja dan militer, Dr. Martens kini meraih popularitas di kalangan konsumen Gen Z. Sejumlah ikon fesyen muda, seperti musisi Olivia Rodrigo, influencer Emma Chamberlain, dan model Bella Hadid, telah menjadikan sepatu merek ini sebagai andalan gaya mereka.

Namun, paradigma populer yang dianut merek ini sebagai sepatu yang tahan lama dapat menjadi kendala besar dalam pertumbuhan bisnisnya. "Prospek tahun fiskal 2025 sangat menantang," ujar CEO Kenny Wilson dalam pernyataan yang dikutip dari Fortune.com pada Kamis (18/4).

Dr. Martens akan berfokus untuk membangkitkan kembali permintaan akan sepatu bot, terutama di pasar Amerika Serikat. Manajemen perusahaan juga mengumumkan kepergian Wilson setelah memimpin selama enam tahun. Chief brand officer, Ije Nwokorie, akan mengambil alih jabatan tersebut sebelum tahun fiskal berakhir. Saham perusahaan pun merosot ke rekor terendah £0,64 pada Selasa pagi, mengalami penurunan sebesar 80 persen sejak IPO pada tahun 2021.

Pendapatan grosir di Amerika Serikat diperkirakan akan mengalami penurunan dua digit dari tahun ke tahun, ungkap pernyataan dari merek sepatu ikonik tersebut. Sementara itu, skenario terburuk yang disebutkan adalah laba sebelum pajak mencapai "sekitar sepertiga dari hasil tahun penuh 2024."

Perusahaan menyoroti beberapa faktor lain terkait pelemahan prospek bisnisnya, antara lain inflasi satu digit dalam biaya, biaya penyimpanan inventaris tambahan karena kesulitan bisnis grosir AS, serta investasi yang terus-menerus dalam sistem rantai pasokan baru dan platform data pelanggan. "Ketika pelanggan mendapatkan kepercayaan terhadap pasar, kami akan melihat peningkatan signifikan dalam kinerja bisnis kami," lanjut pernyataan itu. "Tetapi kami tidak berasumsi bahwa hal ini terjadi pada 2025."

<123>

#HOT

0 Komentar

Belum ada komentar di artikel ini, jadilah yang pertama untuk memberikan komentar.

BERITA TERKAIT

BACA BERITA LAINNYA

POLLING

Apakah Indonesia Menuju Indonesia Emas atau Cemas? Dengan program pendidikan rakyat seperti sekarang.