Harga minyak dunia diperkirakan akan mengalami lonjakan signifikan akibat serangan Amerika Serikat (AS) terhadap Iran baru-baru ini. Serangan yang dilakukan pada tanggal 21 Juni 2025 tersebut menargetkan tiga fasilitas nuklir Iran dan keterlibatan langsung AS dalam konflik militer Iran-Israel menimbulkan kekhawatiran di pasar energi global. Sebagai respon, analis memprediksi harga minyak dunia akan mengalami kenaikan antara 3 hingga 5 dollar AS per barrel.
Dalam kondisi di mana ketegangan antara negara-negara besar meningkat, pasar energi menjadi sangat sensitif. Sebagai informasi, harga minyak Brent telah mengalami kenaikan sebesar 11% sejak terjadinya konflik militer ini. Lonjakan harga tersebut mencerminkan respons pasar terhadap ketidakpastian yang ditimbulkan oleh konflik. Jorge Leon, kepala analisis geopolitik di Rystad Energy, mengungkapkan bahwa walaupun saat ini Iran belum mengumumkan balasan langsung terhadap serangan dari AS, harga minyak tetap diprediksi akan melonjak.
Kenaikan harga minyak dunia ini berkaitan erat dengan stabilitas politik di kawasan Timur Tengah, yang merupakan salah satu penghasil minyak terbesar di dunia. Mengingat Iran adalah salah satu negara penghasil minyak utama, setiap guncangan yang terjadi di negara tersebut dapat memberikan dampak yang cukup signifikan pada harga minyak global. Masyarakat dunia, khususnya para pelaku pasar energi, tentu saja memperhatikan dengan cermat perkembangan yang terjadi.