Reaksi pasar seketika terlihat, di mana keputusan ini memicu rally untuk aset-aset berisiko dan mengangkat saham berjangka Wall Street ke posisi yang lebih baik. Dalam konteks ini, popularitas dolar AS kembali meningkat karena banyak investor mencari perlindungan di mata uang tersebut.
Beberapa pergerakan nilai tukar yang menonjol adalah dolar yang naik 0,6% terhadap yen Jepang, mencapai level ¥145,72. Dolar juga menguat sebesar 0,65% terhadap franc Swiss, kini berada di posisi 0,8326. Sementara itu, euro mengalami penurunan 0,5% menjadi US$1,1232, dan Poundsterling Inggris melemah 0,2% ke angka US$1,3432.
Indeks dolar (DXY), yang mengukur kekuatan dolar terhadap enam mata uang utama dunia, berhasil rebound dan kembali di atas level 100 untuk pertama kalinya dalam sepekan, tercatat pada posisi 100,40. Hal ini menandakan kekuatan relatif dari dolar dalam situasi pasar yang tidak menentu.
Ray Attrill, seorang Kepala Strategi Valas di National Australia Bank, menjelaskan bahwa reaksi pasar terhadap keputusan ini sangat spontan. “Reaksi yang terjadi tampaknya berhasil menghapus pergerakan yang sebelumnya didorong oleh kekhawatiran akibat pengumuman ‘Liberation Day’,” ungkapnya. Ia menambahkan bahwa ketidakpastian yang timbul setelah pengumuman tarif yang kontroversial tersebut sempat membuat investor kehilangan kepercayaan terhadap aset di AS, yang mengakibatkan aksi jual dan penurunan dolar hampir sebesar 8% sejak awal tahun.