“Aturan itu telah mengomoditisasi berita sehingga berita palsu meningkat pesat yang pada akhirnya sulit di bedakan dengan berita tidak palsu,” ungkap News Media Alliance, dalam keterangan pers seperti dikutip The Guardian.
Presiden dan Ketua Eksekutif NMA, David Chavern menulis opini di Wall Street Journal, bahwa Google dan Facebook meraih keuntungan sangat besar dari kerja keras, kerja cerdas, ketelitian, dan pengorbanan para jurnalis.
Google dan Facebook, menurut Chavern, tidak merekrut jurnalis untuk menggali sebuah isu yang sulit didapat, tidak mengirimkan koresponden menuju zona perang, dan tidak menghadiri laga final. Mereka mengambil langkah yang ekonomis dengan memanfaatkan hasil karya para jurnalis media massa yang nyaris gulung tikar. NMA memerlukan dispensasi dari Kongres agar bisa melakukan negosiasi secara kolektif.
Pemerintah AS, kata Chavern, belum maksimal dalam mengatur kompetisi yang sehat di internet. Saat ini pengguna aktif bulanan Facebook di seluruh dunia mencapai 2 miliar dengan iklan melimpah. Jejaring sosial milik Mark Zuckerberg itu juga sukses membeli dua pesaing utamanya, Instagram dan WhatsApp.
Namun, harapan dari NMA agar mampu bernegosiasi dengan Google dan Facebook nampaknya akan sulit untuk diwujudkan. Sejauh ini, kedua media massa raksasa tersebut tidak memberikan komentar apapun. Meskipun sebelumnya pihak Google pernah menyampaikan bahwa, “Kami tetap berkomitmen membantu media massa dalam mengatasi tantangan dan membuka peluang bisnis,” ungkap Google.