Dalam situasi kondisi ekonomi yang tidak menentu, terdapat beberapa dampak buruk yang diakibatkan oleh tingginya suku bunga Bank Indonesia serta pelemahan kurs rupiah terhadap dolar AS.
Pertama, harga barang impor diperkirakan akan terus meningkat sebagai akibat dari pelemahan kurs rupiah. Kondisi ini dapat menyebabkan inflasi dan menekan daya beli masyarakat, terutama bagi barang-barang kebutuhan pokok yang harus diimpor.
Kedua, konsumsi masyarakat diperkirakan akan terus tertekan karena daya beli masyarakat menurun akibat adanya inflasi yang disebabkan oleh kenaikan harga barang impor. Akibatnya, sektor ritel dan industri barang konsumsi dapat mengalami penurunan kinerja.
Ketiga, PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) dikhawatirkan akan merajalela akibat dari kondisi ekonomi yang melemah. Perusahaan-perusahaan mungkin akan melakukan pemangkasan pegawai atau bahkan melakukan PHK sebagai cara mengurangi biaya operasional.
Keempat, beban bunga yang harus dibayar oleh perusahaan juga dapat melonjak akibat dari suku bunga yang tinggi. Hal ini bisa mengakibatkan penurunan profitabilitas perusahaan dan menghambat ekspansi bisnis.
Kelima, kenaikan kredit macet di perusahaan juga menjadi salah satu dampak yang menyertainya. Akibat beban bunga yang lebih tinggi serta konsumsi masyarakat yang menurun, perusahaan mungkin mengalami kesulitan dalam membayar kreditnya sehingga kredit macet akan meningkat.
Dengan kondisi yang demikian, pemerintah perlu melakukan langkah-langkah yang tepat untuk mengatasi dampak-dampak buruk ini. Terdapat beberapa kebijakan ekonomi domestik yang dapat dilakukan seperti memperkuat cadangan devisa, mengendalikan inflasi, serta menjaga stabilitas pasar keuangan untuk mengantisipasi potensi krisis yang bisa berdampak luas pada perekonomian nasional. Upaya ini juga perlu diimbangi dengan sinergi antara kebijakan fiskal dan moneter agar efektivitas kebijakan tersebut dapat terwujud.