Gaharu dalam Sejarah Peradaban Dunia
Sejarah mencatat bahwa penggunaan gaharu telah terjadi jauh sebelum zaman Nabi Muhammad. Sekitar 1500 SM, masyarakat India sudah menggunakan kayu ini untuk keperluan keagamaan. Sementara itu, pada tahun 700 M, masyarakat Tiongkok mulai memanfaatkan gaharu sebagai bahan dasar parfum dan untuk upacara keagamaan.
Di Nusantara sendiri, kayu gaharu sudah menjadi komoditas penting sejak era perdagangan kuno. Jalur perdagangan antara Arab dan Nusantara yang telah berlangsung sejak abad ke-6 dan 7 Masehi memungkinkan ekspor gaharu ke Timur Tengah. Bahkan, dalam literatur kolonial, gaharu disebut sebagai salah satu barang paling bernilai dari Sumatera.
Bukti lain dari pentingnya gaharu dalam sejarah perdagangan Indonesia dapat ditemukan dalam buku terbitan tahun 1906 berjudul Houtsoorten van Nederlandsch Oost-Indië karya Frederik Willem van Eeden. Buku ini mencatat bahwa kayu gaharu tidak hanya digunakan sebagai bahan parfum, tetapi juga sebagai material bangunan karena teksturnya yang kuat dan tahan lama.
Harga Fantastis di Pasar Internasional
Seiring berjalannya waktu, harga kayu gaharu semakin melonjak. Kualitas terbaik dari gaharu Indonesia dapat mencapai harga Rp 53 juta per kilogram di dalam negeri, sementara di pasar internasional harganya bisa meroket hingga Rp 133 juta per kilogram.
Permintaan tinggi terhadap gaharu berasal dari industri parfum, obat-obatan herbal, dan bahkan kosmetik mewah. Banyak merek parfum kelas dunia menggunakan ekstrak gaharu sebagai bahan utama karena aromanya yang tahan lama dan memiliki kesan eksklusif.
Pelestarian Gaharu untuk Masa Depan