Qatar akan menarik diri sebagai mediator utama dalam perundingan di Gaza kecuali Israel dan Hamas berkomitmen penuh terhadap upaya gencatan senjata diungkapkan seorang sumber diplomatik kepada AFP, yang menandai kemunduran terbesar dalam upaya mencapai gencatan senjata sejak perang dari setahun lalu. Qatar, yang telah lama berperan sebagai mediator dalam konflik di wilayah Gaza, telah mengumumkan keputusan menarik diri dari perannya sebagai mediator utama dalam upaya mencapai kesepakatan gencatan senjata yang berkelanjutan.
"Qatar memberi tahu Israel dan Hamas bahwa selama ada penolakan menegosiasikan kesepakatan dengan itikad baik, mereka tidak dapat terus menjadi penengah," ujar sumber itu tanpa menyebut nama.
Qatar, bersama dengan Amerika Serikat (AS) dan Mesir, telah terlibat dalam perundingan selama berbulan-bulan untuk mengamankan kesepakatan yang akan mengakhiri perang. Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu telah berulang kali menolak usulan gencatan senjata, yang telah diterima Hamas, menentang saran dari lembaga keamanannya sendiri.
Konflik di Gaza telah menyebabkan penderitaan dan kerugian besar bagi penduduk sipil di wilayah tersebut, dengan korban jiwa dan kerusakan infrastruktur yang terus meningkat. Oleh karena itu, upaya mencapai gencatan senjata yang berkelanjutan dan stabil menjadi sangat penting untuk mengurangi dampak negatif konflik tersebut.
Kehadiran Qatar sebagai mediator dalam perundingan gencatan senjata di Gaza sejauh ini telah dianggap sebagai langkah positif, namun dengan kemunduran Qatar, pihak yang terlibat dalam konflik, terutama Israel dan Hamas, harus menunjukkan komitmen penuh mereka terhadap upaya gencatan senjata.